Di tengah derasnya arus digitalisasi dan modernisasi, banyak desa bertransformasi menjadi “desa cerdas”, “desa digital”, bahkan “desa wisata”. Namun, ada satu hal yang tetap abadi: warga desa yang tidak pernah diajak tahu apa-apa.
Kita tinggal di desa dengan kekayaan luar biasa—mulai dari lahan kas desa, BUMDes, hingga jejak sejarah dan spiritualitas yang kaya. Tapi anehnya, informasi tentang semua itu justru seperti kabut pagi: samar, tersembunyi, dan hanya bisa disentuh oleh segelintir orang yang “berhak”.
Rapat desa memang rutin. Tapi partisipasi sering hanya formalitas. Laporan kegiatan terpampang, tapi tak dibaca. Aset desa ada, tapi tidak semua tahu siapa yang mengelola, digunakan untuk apa, dan ke mana hasilnya mengalir. Di beberapa tempat, bahkan tanah kas desa disewakan bertahun-tahun tanpa pernah diumumkan kepada warga.
Yang lebih mengkhawatirkan, banyak warga seolah merasa tidak perlu tahu. Karena budaya “sing penting urip tenang” (yang penting hidup tenang) masih kuat. Bertanya dianggap mengusik. Kritisisme dianggap provokasi.
Di sisi lain, anak muda lebih kenal tren global daripada sejarah lokal. Tak tahu siapa tokoh pendiri desa, tak tahu batas wilayah dusun, bahkan tak tahu kenapa ada pohon atau sendang keramat yang tak boleh disentuh.
Apakah ini salah generasi muda? Tidak sepenuhnya. Karena memang pengetahuan kolektif desa tak pernah diwariskan secara sistematis, tak pernah disampaikan dengan bangga, dan tak dibuka secara transparan.
Padahal, desa seharusnya adalah ruang pembelajaran bersama. Semua warga berhak tahu. Semua warga berhak terlibat. Karena desa bukan milik satu dua orang, tapi milik kolektif seluruh warganya.
Jika pola “warga diam, perangkat jalan sendiri” terus dipelihara, maka lama-kelamaan kita hanya akan tinggal di desa yang indah secara fisik—tapi kosong secara jiwa.
Maka, mari mulai bertanya lagi. Bukan untuk menuduh, tapi untuk peduli. Mari mulai membuka data. Bukan untuk mempermalukan, tapi untuk membangun bersama. Mari hidupkan kembali desa sebagai ruang keterlibatan warga—bukan hanya papan nama dan baliho program.
Karena jika kita tidak tahu apa-apa tentang desa kita, maka jangan heran jika suatu saat kita tidak diakui sebagai bagian dari desa itu.
17 Jul 2025 01:08
13 Jul 2025 07:10
09 Jul 2025 00:50
08 Jul 2025 01:16
01 Jul 2025 03:21
15 Jun 2025 01:15
13 Jun 2025 10:20